PELNI Gandeng BPH Migas untuk Perkuat Pemahaman tentang Penggunaan B35 di Kapal PELNI
Jakarta – Untuk memperkuat pemahaman Insan PELNI mengenai penggunaan BBM B35, PELNI menggandeng BPH MIGAS untuk melaksanakan focus group discussion. Acara yang bertajuk Rapat Koordinasi dan FGD antara PELNI dan BPH Migas tersebut digelar di Auditorium Kantor Pusat PT PELNI pada Senin (27/2/2023).
Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Armada dan Teknik PT PELNI Robert MP Sinaga. Dari pihak eksternal hadir secara langsung Anggota Komite BPH Migas Abdul Halim dan Yapit Sapta Putra, Kepala Sub Koordinator Analisa dan Kebutuhan Armada Ditlala Kementerian Perhubungan RI Ninoy Octavianes yang bertindak sebagai narasumber FGD.
Di tempat yang sama turut hadir seluruh jajaran Vice President, Manager, Supervisor dan Staff di Direktorat Armada & Teknik serta perwakilan KKM dan Masinis 2 Kapal PELNI. Hadir juga secara virtual seluruh KKM dan Masinis 2 kapal PELNI melalui sambungan Zoom Meeting.
Pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi dan FGD bersama BPH Migas kali ini merupakan tindak lanjut dari Kegiatan Monitoring & Bunkering KM Labobar yang dilakukan oleh BPH Migas di Surabaya (11/1/2023).
FGD yang mengangkat tema “Penggunaan Jenis Bahan Bakar Tertentu B35 yang Tepat Kuantitas dan Kualitas pada Operasional Kapal PELNI” di moderatori oleh Manager Bahan Bakar dan Pelumas Kapal Penumpang PT PELNI Id Adha Mula. Kegiatan FGD dibuka dengan pemaparan dari PELNI yang disampaikan oleh Vice President Bahan Bakar PT PELNI Otto Van Muller dan dilanjutkan pemaparan dari BPH Migas.
Mewakili manajemen, Direktur Armada & Teknik PT PELNI Robert MP Sinaga menyampaikan terima kasih kepada BPH Migas yang selama ini telah berkolaborasi dalam menjaga pasokan BBM subsidi untuk kelancaran operasional kapal PELNI. Manajemen juga berterima kasih atas waktu yang telah diberikan oleh BPH Migas dan Kementerian Perhubungan untuk hadir memberikan pemahaman kepada Insan PELNI mengenai BBM B35.
“Sebagai perusahaan pelayaran dan logistik maritim, PELNI sangat memahami betapa pentingnya penggunaan bahan bakar yang tepat dan berkualitas dalam menjaga kinerja armada kapal dan menjamin konektivitas laut di seluruh wilayah Indonesia,” terang Robert dalam sambutannya.
Melalui forum FGD ini, Robert MP Sinaga berharap Insan PELNI mendapatkan informasi serta masukan dan saran terkait pengawasan dan penggunaan Bahan Bakar B35 yang sebaik-baiknya, guna mendukung kelancaran operasional armada PELNI.
Dalam sambutannya, Robert menyampaikan bahwa di tahun 2023, PT PELNI mendapatkan kuota Jenis BBM Tertentu B35 sebesar 191.094 KL untuk Kapal Penumpang dan 109.880 KL secara nasional untuk armada perintis, barang tol laut, ternak dan rede. Berdasarkan besaran kuota JBT subsidi tersebut, maka diperlukannya proses pengawasan yang tepat baik secara kualitas maupun kuantitas.
Otto Van Muller dalam pemaparannya juga menyampaikan bahwa hingga Januari 2023, realisasi penggunaan BBM Subsidi telah mencapai 16.026 KL atau 8.39% dari total kuota BBM Subsidi di tahun 2023 dengan total voyage sebanyak 60.
Otto juga menjelaskan bahwa pemakaian bahan bakar B35 di Kapal PELNI memiliki dampak pada mesin kapal, sehingga penggunaan Bio Solar tersebut sebaiknya mengikuti rekomendasi perawatan dari Engine Maker dan melakukan Engine Condition Monitoring agar dapat membantu mendeteksi efek yang timbul akibat penggunaan Bio Solar (B35).
Mengenal Bahan Bakar B35
B35 adalah campuran biodiesel antara bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit dengan BBM diesel. Sesuai namanya, kadar minyak sawit dalam bahan bakar adalah 35 persen, sementara 65 persen sisanya merupakan BBM solar.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia penggunaan bahan bakar B35 mulai berlaku pada tanggal 1 Februari 2023. PELNI sebagai perusahaan negara, berkomitmen untuk mengikuti standar dan regulasi yang berlaku serta menerapkan teknologi dan inovasi terbaru dalam meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar dan mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas operasional Perusahaan. ***NAD