CAMAR

Transformasi Limbah Kerang Hijau Menjadi Solusi Ekonomi dan Lingkungan

PELNI kian menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan sekitar melalui berbagai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Seluruh Program TJSL PELNI mengacu pada pilar SDGs atau Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan telah diadopsi oleh Kementerian BUMN ke dalam Program TJSL di seluruh perusahaan BUMN. Salah satu inisiatif unggulannya adalah pengelolaan limbah kerang di wilayah pesisir Cilincing, Jakarta Utara. Program ini tidak hanya menanggulangi permasalahan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Permasalahan Lingkungan Cilincing

Cilincing merupakan salah satu kawasan pesisir di Jakarta Utara yang dikenal sebagai pusat aktivitas perikanan dan pengolahan hasil laut. Di antara hasil laut yang paling banyak adalah kerang, baik kerang hijau maupun kerang dara. Namun, aktivitas pengolahan kerang menghasilkan limbah cangkang dalam jumlah besar yang kerap tidak dikelola dengan baik. Limbah ini menumpuk di area pesisir dan bercampur dengan sampah masyarakat yang memberikan dampak negatif pada lingkungan seperti, menimbulkan bau tidak sedap, dan menjadi sarang penyakit.

Vice President Treasury PELNI Fauziah Ferryna bersama perwakilan dari lembaga BAZNAS RI Dr. Imdadun Rahmat sedang berkunjung untuk melihat kondisi limbah kerang di kawasan pesisir Cilincing, Jakata Timur.

Melihat kondisi ini, PELNI melakukan inisiasi melalui program TJSL dengan pendekatan berkelanjutan, program ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran, meningkatkan kualitas lingkungan, serta memberdayakan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomi. Acara peresmian kegiatan ini turut dihadiri oleh Vice President Treasury Fauziah Ferryna, dan perwakilan dari lembaga BAZNAS oleh Deputi II Bidang pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS RI Dr. Imdadun Rahmat, dan Direktur Pengumpulan Badan BAZNAS RI Faisal Qasim, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekertaris Kota Administrasi Jakarta Utara, Pimpinan Bidang IV BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta. Menurut Vice President Treasury Fauziah Ferryna, untuk menyukseskan kegiatan TJSL perlu adanya kolaborasi dengan Kelompok Cangkring Kalibaru dan dukungan dari lembaga BAZNAS. “Dengan kerja sama yang baik bersama Kelompok Cangkring Kalibaru Timur dan dukungan dari BAZNAS, kami berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga kebersihan laut dan pesisir,” jelas Fauziah.

Tujuan Program Pengelolaan Limbah Kerang

Program pengelolaan limbah kerang yang diinisiasi oleh PELNI di wilayah pesisir Cilincing tidak hanya sebatas kegiatan bersih-bersih lingkungan. Program ini dirancang dengan visi jangka panjang yang mencakup berbagai aspek pembangunan berkelanjutan, mulai dari lingkungan hidup hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tujuan-tujuan ini terintegrasi dalam misi program TJSL PELNI sebagai bentuk kontribusi nyata BUMN dalam menjawab tantangan sosial dan lingkungan di masyarakat. Berikut tujuan dari program pembersihan limbah kerang hijau;

  • Menanggulangi Pencemaran Lingkungan di Pesisir Cilincing

Salah satu dampak utama dari aktivitas pengolahan kerang di Cilincing adalah penumpukan limbah cangkang kerang di pesisir dan area pemukiman. Limbah ini tidak mudah terurai dan jika dibiarkan, akan menimbulkan pencemaran tanah, bau tak sedap, serta potensi gangguan kesehatan masyarakat. Sehingga perlu mengadakan program yang membersihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan pesisir Dengan pendekatan ini, program turut berkontribusi pada upaya mitigasi pencemaran laut dan darat di kawasan urban padat seperti Jakarta Utara.

  • Meningkatkan Kesadaran dan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan

Bukan hanya aksi fisik, program ini juga mengusung misi edukatif. Salah satu tujuannya adalah mendorong perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat terkait pengelolaan limbah. Melalui sosialisasi dan pelatihan, masyarakat diajak untuk menyadari pentingnya menjaga lingkungan dari limbah rumah tangga dan industri kecil, serta mengelola menjadi limbah yang kreatif untuk dijual kembali.

  • Mengubah Limbah Menjadi Sumber Daya Ekonomi Baru

Program TJSL PELNI juga membawa pendekatan ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi peluang usaha. Cangkang kerang yang sebelumnya dianggap sampah, diolah menjadi berbagai produk bernilai, seperti : Souvenir, dekorasi rumah, media tanam, dan bahan bangungan atau paving block yang ramah lingkungan. Dengan pendekatan ini, program bertujuan menciptakan sumber nilai baru dari pengelolaan limbah, yang membuka lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan keluarga pesisir.

  • Mendorong Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

PELNI tidak hanya memberikan solusi sementara, tetapi juga membangun sistem pemberdayaan masyarakat. Program ini menargetkan terciptanya kelompok-kelompok usaha mandiri yang dikelola oleh warga lokal, khususnya ibu rumah tangga dan pemuda setempat agar dapat meningkatkan keterampilan wirausaha dan juga memfasilitasi akses ke pasar melalui digitalisasi dan kemitraan. Dengan begitu, program ini berfungsi sebagai stimulus ekonomi mikro berbasis lingkungan yang berkelanjutan.

Solusi dari Program TJSL PELNI

Masalah lingkungan di kawasan pesisir perlu diatasi dan limbahnya perlu dikelola dengan baik karena dapat merusak ekosistem pesisir. Oleh karena itu, program yang diluncurkan oleh PELNI ini memberikan solusi konkret untuk mengatasi masalah limbah sekaligus memperkuat ekonomi lokal. Melalui upaya ini, PELNI turut berperan dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya, serta lingkungan pesisir yang lebih bersih dan sehat. Salah satu inisiatif yang diberikan PELNI untuk mengatasi permasalahan lingkungan dengan memberikan bantuan sebuah mesin conveyor belt kepada Kelompok Cangkang Kering.

Proses pemberian mesin Conveyor Belt dari PELNI dan BAZNAS kepada kelompok masyarakat Cangkang Kering.

Pemberian bantuan mesin conveyor belt bertujuan untuk mendukung dan memudahkan pengelolaan limbah kerang hijau secara efektif sekaligus dapat membantu kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir. “Penyerahan mesin conveyor belt ini bukan sekadar bantuan alat, tetapi juga simbol komitmen kami untuk memberdayakan masyarakat dan melestarikan lingkungan,” ujar Fauziah. Mesin ini memungkinkan pengelolaan limbah kerang hijau yang lebih efisien, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta mendorong pemanfaatan kembali limbah tersebut menjadi produk bernilai. Keberadaan mesin conveyor belt ini mempermudah proses pemisahan dan pengolahan cangkang kerang hijau, yang sebelumnya sulit dilakukan secara manual. 

Pelatihan Pengoperasian Program

Selain penyerahan alat, PELNI juga melengkapi program ini dengan pelatihan intensif dan pendampingan berkelanjutan kepada masyarakat setempat. Pelatihan tersebut mencakup cara pengoperasian mesin, teknik perawatan serta strategi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Pendampingan ini untuk memastikan bahwa kelompok masyarakat tidak hanya menerima bantuan material, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan dalam jangka panjang.

Diharapkan dengan adanya program TJSL, semua perusahaan, komunitas, dan masyarakat dapat bersinergi dalam menjalankan program secara berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh lingkungan dan elemen masyarakat. PELNI juga berkomitmen untuk terus menjalankan program-program TJSL yang bermanfaat dan bertanggungjawab dalam menjaga kelestarian alam dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Tidak hanya memperbaiki kondisi lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan menciptakan nilai tambah ekonomi dari hal yang sebelumnya dianggap limbah atau sampah. Dengan keberhasilan ini, PELNI menegaskan bahwa BUMN bukan hanya perusahaan bisnis, tetapi juga agen perubahan sosial yang mampu menciptakan masa depan yang lebih bersih, hijau, dan sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat.

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in:CAMAR

0 %