Tabloid

Polling Nama Kapal Penumpang Generasi Baru, Ini Dia Pilihan Insan PELNI

Halo Insan PELNI, sudah tahu belum kalau perusahaan kita akan menambah tiga kapal baru melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN)? Kabar baiknya, PMN sebesar Rp 1,5 triliun yang diajukan sejak tahun 2024 akhirnya cair! Dana ini digunakan sebagai uang muka pengadaan tiga kapal baru, untuk menggantikan kapal-kapal lama yang telah melewati masa usia teknisnya.

Pengadaan tiga kapal baru ini memerlukan anggaran total Rp 4,5 triliun, dengan masing-masing kapal membutuhkan dana Rp 1,5 triliun. Saat ini, Rp 1,5 triliun dari PMN telah cair, sementara sisanya, sebesar Rp 2,5 triliun, akan diajukan kembali dalam PMN 2025. Adapun kekurangan Rp 500 miliar akan ditutup menggunakan dana internal perusahaan. Ketiga kapal ini diharapkan mulai beroperasi pada awal tahun 2029.

Nah, beberapa waktu lalu, redaksi Tabloid CAMAR sempat melempar polling kecil-kecilan ke sejumlah grup percakapan WhatsApp. Polling tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Insan PELNI untuk nama kapal penumpang generasi baru nanti. Apakah Insan PELNI ingin meneruskan tradisi menamakan kapal penumpang dengan nama gunung di Indonesia, atau memulai nama yang berbeda sama sekali sebagai bentuk perubahan yang lebih kekinian?

Namun sebelum membahas hasil polling, pernahkah Insan PELNI terpikirkan mengapa seluruh kapal penumpang kita menggunakan nama gunung?

Tradisi Penamaan Kapal Penumpang PELNI

Menurut “Catatan Sejarah PELNI 55 Tahun” karya Ina Meutia Rani terbitan 2007, penggunaan nama-nama gunung di Indonesia untuk kapal penumpang PELNI dapat dikatakan sebagai suatu tradisi. Hal ini mengacu pada kapal penumpang pertama yang dioperasikan PELNI, yaitu KM. Tampomas.

Pada interior bagian dalam, seperti di kabin-kabin penumpang maupun crew, di ruang makan/salon, dan di beberapa tempat lain dirancang berdasarkan daerah lokasi di mana gunung yang digunakan di kapal penumpang tersebut. Maka dari itu, jika kita berada di salah satu kapal, seolah kita berada di suatu tempat atau di sebuah pulau di mana gunung itu berada.

Legenda dan asal muasal nama gunung daerah itu tertera di dinding area penumpang, dilengkapi dengan aneka gambar dari keanekaragaman penduduk. Hal ini semua tentunya akan menambah pengetahuan dan kecintaan akan keindahan dan luasnya nusantara bagi setiap penumpang.

Hasil Polling

Untuk mendapatkan sudut pandang yang beragam, tim redaksi CAMAR mengadakan Polling Aspirasi Nama Kapal Penumpang PELNI Generasi Baru pada tanggal 20 Januari lalu. Polling ini disebarkan di beberapa grup WhatsApp dan diikuti oleh 339 Insan PELNI, dengan rincian sebagai berikut:

1. Grup PELNI Millennials
o 34,36% memilih mempertahankan nama gunung.
o 63,23% mendukung penggunaan nama baru.
o 2,41% menyerahkan keputusan kepada manajemen.

2. Grup Nakhoda
o 92,86% mendukung tradisi nama gunung.
o 7,14% mengusulkan nama baru.

3. Grup Kepala Cabang
o 85,29% memilih nama gunung.
o 14,71% mendukung inovasi nama baru.

Hasil polling ini menunjukkan adanya perbedaan preferensi di antara kelompok responden. Mayoritas PELNI Millenials (63,23%) cenderung memilih nama baru, sementara sebagian besar Nakhoda (92,86%) dan Kepala Cabang (85,29%) lebih memilih mempertahankan tradisi nama gunung. Perbedaan pandangan ini mencerminkan beragam perspektif dalam menyeimbangkan inovasi dan warisan perusahaan.

Pendapat Insan PELNI

Selain polling, tim redaksi juga mewawancarai beberapa Insan PELNI. Berikut rangkuman opini mereka:

Manager ESG Balan Aji Bramantyo, yang memilih nama baru, mengatakan, “Nama baru bisa menjadi semangat keberlanjutan sesuai dengan teknologi masa kini yang lebih canggih dan modern.”

Namun, Officer Keuangan dan SDMU Cabang Ende Jihan Putri Aidha, mendukung nama gunung. “Nama gunung menunjukkan identitas PELNI yang unik dan sudah dikenal masyarakat,” jelasnya.

Dari pegawai laut, Capt. Drajat Dwi Suseno mengusulkan nama Gunung Lawu sebagai penghormatan kepada Direktur Utama PELNI Tri Andayani yang berasal dari Solo. Sementara itu, Capt. Suryadi, menekankan bahwa nama gunung merepresentasikan Wawasan Nusantara dan sudah melekat erat dengan identitas PELNI. “Lagu Mars PELNI saja menyebut ‘gunung-gunung ku daki,’ jadi tradisi ini sudah sangat relevan,” katanya.

Di sisi lain, Kepala Cabang Serui Whendy Richard Imkotta mengusulkan inovasi dengan alasan mempertegas perbedaan antara kapal baru dan kapal lama. Namun, Kepala Cabang Ambon Ilhamda, justru menilai bahwa nama gunung adalah tradisi yang perlu dilestarikan karena sudah tercatat dalam IMO Call Sign.

Jenang II KM Kelud Monik Mulyati menyarankan untuk mempertahankan nama gunung karena setiap gunung di Indonesia menyimpan sejarah dan nilai filosofi yang mendalam. Senada dengan Monik, ABK KM Tilongkabila Moch Luthfi Adiansyah menambahkan, “Nama gunung merupakan identitas khas PELNI yang sudah dikenal luas dari Sabang hingga Merauke.”

Filosofi Nama Gunung

Selain oleh PELNI, nama-nama gunung jamak digunakan oleh masyarakat maupun lembaga di Indonesia. Mulai dari nama anak, nama jalan, hingga nama ruangan, termasuk di hotel-hotel. Nama gunung mencerminkan semangat perjuangan, keteguhan, dan kebanggaan atas alam Indonesia yang indah dan menantang. Gunung juga sering dihubungkan dengan sejarah lokal, mitos, dan tradisi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Misalnya, Gunung Kelud di Jawa Timur melambangkan ketangguhan setelah melewati berbagai letusan dahsyat.

Setiap nama gunung membawa cerita dan energi positif yang diharapkan menjadi doa bagi perjalanan kapal. Tradisi ini adalah cara PELNI untuk membawa keindahan dan kekayaan budaya Indonesia ke setiap pelabuhan yang disinggahi.

Tradisi pemberian nama kapal dengan nama gunung lebih dari sekadar simbol. Nama-nama ini mencerminkan keindahan dan keagungan alam Indonesia, sekaligus menjadi identitas unik yang membedakan armada PELNI di mata dunia.

Apakah tradisi ini perlu dipertahankan, ataukah saatnya kita berinovasi dengan nama baru? Apapun keputusan yang diambil, semangat PELNI untuk melayani masyarakat Indonesia tetap menjadi prioritas utama.*[AKS]

5 Comments

  1. Selamat pagi, sebaiknya tetap menggunakan nama Gunung karena selama ini, semua kapal Pelni sdh menggunakan nama Gunung, kalo menggantikan nama Gunung berarti sudah tidak serasi lg, dengan nama Kapal sebelumnya, sekian dan terimakasih 🙏🙏

  2. Tetap pertahankan tradisi nama gunung karena masih banyak gunung2 hebat di Nusantara ini yg bisa merepresentasi nama Kapal PELNI.. Bisa menambah wawasan… Seperti halnya KM Gunung dempo yg sail ke papua

  3. Gunung sibela di kab. Halmahera selatan

  4. Jika suara kami jga merupakan presentasi dari Polling, maka alangkah baiknya Nama Kapal PELNI Tetap memakai Nama Gunung, krna selain alasan Filosofi, jga merupakan keberlanjutan promosi wisata yg ada disetiap daerah di Indonesia, kini sudah saatnya Kapal PELNI diperbaharui, salam dari keluarga Pengguna Setia Layanan PELNI (KM.Kelimutu Ende-Flores-NTT)

  5. Sesuai Tradisi Kebangsaan Indonesia
    Nama Gunung sebagai symbol kekuatan dan ketangguhan….. Menyatu dengan Alam

Tinggalkan Balasan ke Nezar Putra Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in:Tabloid

0 %